BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dalam setiap bentuk kepemimpinan,
pengawasan merupakan sesuatu yang harus ada dan harus dilaksanakan. Kegiatan
ini berguna untuk mengawasi dan meneliti apakah suatu pekerjaan yang telah
direncanakan sebelumnya berhasil dilaksanakan atau tidak. Hal ini juga
bertujuan apakah ada penyimpangan, penyalahgunaan atau kekurangan dalam
pelaksanaanya. Kasus-kasus yang sering terjadi dalam suatu organisasi adalah
tidak diselesaikanya suatu tugas, tidak ditepatinya waktu penyelesaian,
anggaran yang berlebihan. Jika memang ada maka perlu dilakukan revisi. Ini juga
bisa menjadi suatu bukti dan perhatian serta sebagai bahan bagi pimpinan untuk
memberikan petunjuk pada tahap berikutnya.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apakah
yang dimaksud dengan controlling ?
2. Apa
saja tipe-tipe controlling ?
3. Faktor-faktor
apa saja yang membuat controlling semakin diperlukan ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Controlling
Controlling dapat didefinisikan sebagai
proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.
Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang
direncanakan. Pengertian ini menunjukan adanya hubungan yang sangat erat antara
perencanaan dan pengawasan.[1]
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW yang
berbunyi:
حاسبوا أنفسكم قبل أن
بحاسبوا ونوا أعمالكم قبل أن توزن
”Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang
lain. Lihatlah terlebih dahulu atas kerjamu sebelum melihat atas kerja orang
lain”
Al-Qur’an banyak menyebutkan mengenai mengontrol dan mengoreksi
kepada diri sendiri dan ancaman bagi yang melanggarnya. Surat at-Tahrim ayat 6 menyebutkan:
ياأيها الذين أمنوا قوا أنفسكم وأهليكم ناوا (التحريم: 6
Artinya: hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api
neraka (Q.S. at-Tahrim: 6)[2]
Tak dapat disangkal bahwa masing-masing
fungsi pimpinan berhubungan erat satu sama lain. Hal ini akan lebih jelas, bila
kita ingat bahwa sesungguhnya fungsi pimpinan yang lima itu,yakni merencanakan,
pengorganisasian, penyusunan, memberi perintah, dan pengawasan adalah prosedur
atau urutan pelaksanaan dalam merealisasi tujuan badan usaha. Walaupun terdapat
kenyataan demikian, umumnya para ahli lebih menonjolkan hubungan erat antara
perencanaan, memberi perintah, dan pengawasan.
Perencanaan berhubungan erat dengan fungsi
pengawasan karena dapat dikatakan rencana itulah sebagai standar atau alat
pengawasan bagi pekerjaan yang sedang di kerjakan. Demikian pula fungsi
pemberian perintah berhubungan erat dengan fungsi pengawasan itu merupakan follow up dari perintah-perintah yang
sudah dikeluarkan. Apa yang sudah diperintah haruslah diawasi, agar apa yang
diperintahkan itu benar-benar dilaksanakan.[3]
Pengawasan Manajemen adalah suatu usaha
sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan- tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang digunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.[4]
Sedangkan Controlling menurut
pemakalah adalah, kegiatan yang dilaksanakan agar tujuan yang ditetapkan
tercapai dengan mulus tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan, jika memang ada
maka nantinya diperlukan adanya perbaikan dimasa mendatang. Controlling
biasanya dilaksanakan setelah fungsi-fungsi manajemen seperti Planning,
Organizing, Actuating, terlaksana baru fungsi manajemen controlling dapat
dilaksanakan.
B. Tipe- Tipe Controlling
Ada tiga tipe dasar pengawasan yaitu :
Pengawasan
Pendahuluan (feedforward control). Pengawasan pendahuluan, atau sering disebut steering
controls, dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau
penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkingkan koreksi
dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi pendekatan
pengawasan ini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan
mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan
ini akan efektif apabila manajer mampu mendapatkan informasi akurat dan tepat
pada waktunya tentang perubahan-perubahan dalam lingkungan atau tentang perkembangan
terhadap tujuan yang diinginkan.[5]
Pemakalah berpendapat bahwa tipe pengawasan seperti ini berprinsip pada
peribahasa “sedia payung sebelum hujan”. Karena pengawasan tersebut dilakukan
pada tahap awal, sebelum penyimpangan-penyimpangan terjadi, sedangkan solusinya
juga telah dibuat diawal. Maka, pimpinannya biasanya berfikir lebih kritis
lagi, apa saja masalah yang akan terjadi apabila melakukan kegiatan ini
sedangkan solusinya itu apa. Inilah pemahaman pemakalah tentang pengawasan
pendahuluan.
Pengawasan
yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control). Pengawasan ini sering disebut
pengawasan “ya-tidak”, screening control atau “berhenti- terus, dilakukan
selama kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek
tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus
dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam
peralatan ”double check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu
kegiatan.[6]
Menurut pemakalah pengawasan tipe seperti ini memerlukan beberapa kali kerja,
pertama biasanya dilakukan sebelum melakukan pekerjaan, yang kedua dilakukan
disaat pekerjaan, dan yang ketiga dilakukan setelah kegiatan dilakukan. Tidak
mungkin suatu organisasi melakukan pengawasan diakhir kegiatan. Pengawasan ini
lebih efektif karena pengawasan tidak hanya dilakukan disalah satu waktu saja.
Pengawasan
Umpan Balik (feedback control). Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past-
action controls, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah
diselesaikan. Sebab- sebab penyimpangandari rencana atau standar ditentukan,
dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang
akan datang. Pengawasan ini bersifat historis.[7]
Menurut
pemakalah, dari tiga bentuk pengawasan tersebut diatas sangat berguna untuk
manajemen. Pengawasan pendahuluan dan pengawasan yang dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan kegiatan, cukup memadai untuk memungkinkan tindakan
manajemen mencapai tujuan. Akan tetapi, setiap tipe pengawasn memiliki
kelemahan dan kelenihan masing-masing. Kedua pengawasn tersebut membutuhkan
pengawasan yang ekstra, sehingga tidak memungkinkan dirinya mengawasi secara
terus menerus, yang kedua pengawasan yang terlalu berlebihan juga tidak terlalu
baik, karena merasa di kekang, yang ketiga adalah pengawasan tersebut
membutuhkan dana yang besar. Oleh karena itu setiap manajemen harus pintar
memilih tipe pengawasan apa yang tepat untuk diterapkan di organisasinya,
sesuai dengan situasi dan kondisi.
C.
Faktor-faktor
yang membuat controlling diperlukan
Perubahan
lingkungan organisasi, melalui
fungsi pengawasan manajer mendeteksi perubahan- perubahan yang berpengaruh pada
barang dan jasa organisasi, sehingga mampu menghadapi atau memenfaatkan kesempatan
yang diciptakan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.
Peningkatan
Kompleksitas Organisasi. Semakin
besar organisasi semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati.
Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas dan
profitabilitas tetap terjaga, penjualan eceran pada penyalur perlu dianalisa
dan dicatat secara tepat.
Kesalahan-Kesalahan.
Sistem pengawasan memungkinkan
manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan yang ada sebelum menjadi kritis.
Kebutuhan
Manajer untuk mendelegasikan wewenang. Bilamana menejer mendelegaikan wewenang kepada bawahannya,
tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer
dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah
dilimpahkan kepadanya adalah dengan mengiplementasikan sistem pengawasan.[8]
BAB III
KESIMPULAN
Melakukan
suatu tugas, hanya mungkin dengan baik bila seseorang yang melaksanakan tugas
itu mengerti arti dan tujuan dari tugas yang dilaksanakan. Demikian pula
seorang pemimpin yang melakukan tugas pengawasan, haruslah sungguh-sungguh
mengerti arti tujuan daripada pelaksanaan tugas pengawasan. Fungsi pengawasan
merupakan fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha menyelamatkan jalannya perusahaan ke arah pulau cita-cita,
yakni kepada tujuan yang telah direncanakan.
Tipe-tipe
pengawasan ada tiga yaitu, pengawasan pendahuluan, pengawasan concurrent, dan
pengawasan umpan balik. Pengawasan berfungsi bagi fungsi-fungsi manajemen,
terlitah dalam gambar dibawah ini.
DARTAR
PUSTAKA
Hani Handoko, 1984, Manajemen,
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Manullang,
2002, Dasar- Dasar Manajemen, Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press
[1] T.Hani
Handoko, Manajemen, BPFE Yogjakarta, Yogjakarta, 1984, halm.359
[2]
http://Ariel.blogspot.com/2012/05/Controlling dalam
perspektif islam.html Diunduh tanggal 30 oktober 2012
[3]
M.Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Gadjah Mada Univercity Press,
Yogyakarta, 2002, hlm.172
[4] Hani
Handoko, Op.Cit. halm.360
[5] ibid.
halm.361
[6] loc.
cit
[7] Ibid.
halm.362
[8]
http://ardanpraja.blogspot.com/2012/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Diunduh tanggal 30 oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar